Kata Mutiara Cinta dan Persahabatan | Bijak Romantis
Kata Bijak | Kata Mutiara
Kata Bijak Islami - Lubang kecil
kata bijak tentang kehidupan motivasi
kata bijak kehidupan
Kata Bijak | Kata Mutiara
Kata Bijak Islami - Lubang kecil
kata bijak tentang kehidupan motivasi
kata bijak kehidupan
============================================
Pamplet CintaOleh : W.S. Rendra
Ma, nyamperin matahari dari satu sisi.Memandang wajahmu dari segenap jurusan.
Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan.Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku.Aku merindukan wajahmu,dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa.Kampus telah diserbu mobil berlapis baja.Kata-kata telah dilawan dengan senjata.Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini.Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan keteganganSumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat.Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan
Suatu malam aku mandi di lautan.Sepi menjdai kaca.Bunga-bunga yang ajaib bermekaran di langit.Aku inginkan kamu, tapi kamu tidak ada.Sepi menjadi kaca. http://lubang-kecil.blogspot.com/
Apa yang bisa dilakukan oleh penyairbila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ?Udara penuh rasa curiga.Tegur sapa tanpa jaminan.
Air lautan berkilat-kilat.Suara lautan adalah suara kesepian.Dan lalu muncul wajahmu.
Kamu menjadi maknaMakna menjadi harapan.Sebenarnya apakah harapan ?Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu.Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak.Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu.Aku tertawa, Ma !
Angin menyapu rambutku.Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi.
Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur.Pantatku karatan aku seret dari warung ke warung.Perutku sobek di jalan raya yang lengang…….Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian.Aku menulis sajak di bordes kereta api.Aku bertualang di dalam udara yang berdebu.
Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing liar,aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu.Lalu muncullah kamu,nongol dari perut matahari bunting,jam duabelas seperempat siang.Aku terkesima.Aku disergap kejadian tak terduga.Rahmat turun bagai hujanmembuatku segar,tapi juga menggigil bertanya-tanya.Aku jadi bego, Ma !
Yaaah , Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih.Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku,dan sedih karena kita sering berpisah.Ketegangan menjadi pupuk cinta kita.Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih ?Bahagia karena napas mengalir dan jantung berdetak.Sedih karena pikiran diliputi bayang-bayang.Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan.
Ma, nyamperin matahari dari satu sisi,memandang wajahmu dari segenap jurusan.
Pejambon, Jakarta, 28 April 1978Potret Pembangunan dalam Puisi
===========================================================
Sajak Seorang Tua Untuk IsterinyaOleh : W.S. Rendra
Aku tulis sajak iniuntuk menghibur hatimuSementara kau kenangkan encokmukenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilangDan juga masa depan kitayang hampir rampungdan dengan lega akan kita lunaskan.
Kita tidaklah sendiridan terasing dengan nasib kitaKerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.Suka duka kita bukanlah istimewakerna setiap orang mengalaminya.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduhHidup adalah untuk mengolah hidupbekerja membalik tanahmemasuki rahasia langit dan samodra,serta mencipta dan mengukir dunia.Kita menyandang tugas,kerna tugas adalah tugas.Bukannya demi sorga atau neraka.Tetapi demi kehormatan seorang manusia.
Kerna sesungguhnyalah kita bukan debumeski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.Kita adalah kepribadiandan harga kita adalah kehormatan kita.Tolehlah lagi ke belakangke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.
Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.Sembilan puluh tahun yang selalu bangkitmelewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.Dan kenangkanlah pulabagaimana kita dahulu tersenyum senantiasamenghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.
Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,nasib, dan kehidupan.
Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warnaKenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.Kita menjadi goyah dan bongkokkerna usia nampaknya lebih kuat dari kitatetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak iniuntuk menghibur hatimuSementara kaukenangkan encokmukenangkanlah pulabahwa kita ditantang seratus dewa.
===========================================================
Orang-Orang MiskinOleh : W.S. Rendra
Orang-orang miskin di jalan,yang tinggal di dalam selokan,yang kalah di dalam pergulatan,yang diledek oleh impian,janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.Rambut mereka melekat di bulan purnama.Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,di jalan kamu akan diburu bayangan.Tidurmu akan penuh igauan,dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kayakarena orang-orang berkembang di kota dan di desa.Jangan kamu bilang dirimu kayabila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.Dan perlu diusulkanagar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalanmasuk ke dalam tidur malammu.Perempuan-perempuan bunga rayamenyuapi putra-putramu.Tangan-tangan kotor dari jalananmeraba-raba kaca jendelamu.Mereka tak bisa kamu biarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.Mereka akan menjadi pertanyaanyang mencegat ideologimu.Gigi mereka yang kuningakan meringis di muka agamamu.Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelapakan hinggap di gorden presidenandan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,bagai udara panas yang selalu ada,bagai gerimis yang selalu membayang.Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisautertuju ke dada kita,atau ke dada mereka sendiri.O, kenangkanlah :orang-orang miskinjuga berasal dari kemah Ibrahim
Yogya, 4 Pebruari 1978Potret Pembangunan dalam Puis
===========================================================
Aku Tulis Pamplet IniOleh : W.S. Rendra
Aku tulis pamplet inikarena lembaga pendapat umumditutupi jaring labah-labahOrang-orang bicara dalam kasak-kusuk,dan ungkapan diri ditekanmenjadi peng – iya – an
Apa yang terpegang hari inibisa luput besok pagiKetidakpastian merajalela.Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-tekimenjadi marabahayamenjadi isi kebon binatang
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,maka hidup akan menjadi sayur tanpa garamLembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.Tidak mengandung perdebatanDan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis pamplet inikarena pamplet bukan tabu bagi penyairAku inginkan merpati pos.Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tangankuAku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.
Aku tidak melihat alasankenapa harus diam tertekan dan termangu.Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.
Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.Rembulan memberi mimpi pada dendam.Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai sampahKegamangan. Kecurigaan.Ketakutan.Kelesuan.Aku tulis pamplet inikarena kawan dan lawan adalah saudaraDi dalam alam masih ada cahaya.Matahari yang tenggelam diganti rembulan.Lalu besok pagi pasti terbit kembali.Dan di dalam air lumpur kehidupan,aku melihat bagai terkaca :ternyata kita, toh, manusia !
Pejambon Jakarta 27 April 1978Potret Pembangunan dalam Puisi
===========================================================
Doa Seorang Serdadu Sebelum PerangOleh : W.S. Rendra
Tuhanku,WajahMu membayang di kota terbakardan firmanMu terguris di atas ribuankuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapaTanah sepi kehilangan lelakinyaBukannya benih yang disebar di bumi subur initapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nantisempurnalah sudah warna dosadan mesiu kembali lagi bicaraWaktu itu, Tuhanku,perkenankan aku membunuhperkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahkuadalah satu warnaDosa dan nafaskuadalah satu udara.Tak ada lagi pilihankecuali menyadari-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkanoleh bibirku yang terjajah ?Sementara kulihat kedua lengaMu yang capaimendekap bumi yang mengkhianatiMuTuhankuErat-erat kugenggam senapankuPerkenankan aku membunuhPerkenankan aku menusukkan sangkurku
Mimbar IndonesiaTh. XIV, No. 2518 Juni 1960
===========================================================
GerilyaOleh : W.S. Rendra
Tubuh birutatapan mata birulelaki berguling di jalan
Angin tergantungterkecap pahitnya tembakaubendungan keluh dan bencana
Tubuh birutatapan mata birulelaki berguling dijalan
Dengan tujuh lubang pelordiketuk gerbang langitdan menyala mentari mudamelepas kesumatnya
Gadis berjalan di subuh merahdengan sayur-mayur di punggungmelihatnya pertama
Ia beri jeritan manisdan duka daun wortel
Tubuh birutatapan mata birulelaki berguling dijalan
Orang-orang kampung mengenalnyaanak janda berambut ombakditimba air bergantang-gantangdisiram atas tubuhnya
Tubuh birutatapan mata birulelaki berguling dijalan
Lewat gardu Belanda dengan beraniberlindung warna malamsendiri masuk kotaingin ikut ngubur ibunya
SiasatTh IX, No. 421955
===========================================================
GugurOleh : W.S. Rendra
Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainyaTiada kuasa lagi menegakTelah ia lepaskan dengan gemilangpelor terakhir dari bedilnyaKe dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainyaIa sudah tualuka-luka di badannya
Bagai harimau tuasusah payah maut menjeratnyaMatanya bagai sagamenatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itulima pemuda mengangkatnyadi antaranya anaknyaIa menolakdan tetap merangkakmenuju kota kesayangannya
Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainyaBelumlagi selusin tindakmautpun menghadangnya.Ketika anaknya memegang tangannyaia berkata :” Yang berasal dari tanahkembali rebah pada tanah.Dan aku pun berasal dari tanahtanah Ambarawa yang kucintaKita bukanlah anak jadahKerna kita punya bumi kecintaan.Bumi yang menyusui kitadengan mata airnya.Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.Bumi kita adalah kehormatan.Bumi kita adalah juwa dari jiwa.Ia adalah bumi nenek moyang.Ia adalah bumi waris yang sekarang.Ia adalah bumi waris yang akan datang.”Hari pun berangkat malamBumi berpeluh dan terbakarKerna api menyala di kota Ambarawa
Orang tua itu kembali berkata :“Lihatlah, hari telah fajar !Wahai bumi yang indah,kita akan berpelukan buat selama-lamanya !Nanti sekali waktuseorang cucukuakan menacapkan bajakdi bumi tempatku berkuburkemudian akan ditanamnya benihdan tumbuh dengan suburMaka ia pun berkata :-Alangkah gemburnya tanah di sini!”
Hari pun lengkap malamketika menutup matanya
===========================================================
Hai, Kamu !Oleh : W.S. Rendra
Luka-luka di dalam lembaga,intaian keangkuhan kekerdilan jiwa,noda di dalam pergaulan antar manusia,duduk di dalam kemacetan angan-angan.Aku berontak dengan memandang cakrawala.
Jari-jari waktu menggamitku.Aku menyimak kepada arus kali.Lagu margasatwa agak mereda.Indahnya ketenangan turun ke hatiku.Lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku.
Jakarta, 29 Pebruari 1978Potret Pembangunan dalam Puisi
===========================================================
Lagu Seorang Gerilya(Untuk puteraku Isaias Sadewa)Oleh : W.S. Rendra
Engkau melayang jauh, kekasihku.Engkau mandi cahaya matahari.Aku di sini memandangmu,menyandang senapan, berbendera pusaka.
Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,engkau berkudung selendang katun di kepalamu.Engkau menjadi suatu keindahan,sementara dari jauhresimen tank penindas terdengar menderu.
Malam bermandi cahaya matahari,kehijauan menyelimuti medan perang yang membara.Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku,engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu
Peluruku habisdan darah muncrat dari dadaku.Maka di saat seperti itukamu menyanyikan lagu-lagu perjuanganbersama kakek-kakekku yang telah gugurdi dalam berjuang membela rakyat jelata
Jakarta, 2 september 1977Potret Pembangunan dalam Puisi
===========================================================
Lagu SerdaduOleh : W.S. Rendra
Kami masuk serdadu dan dapat senapangibu kami nangis tapi elang toh harus terbangYoho, darah kami campur arak!Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak
Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekaliWahai, tanah yang baik untuk matiDan kalau ku telentang dengan pelor timahcukilah ia bagi puteraku di rumah
SiasatNo. 630, th. 13Nopember 1959
===========================================================
Mazmur MawarOleh : W.S. Rendra
Kita muliakan Nama TuhanKita muliakan dengan segenap mawarKita muliakan Tuhan yang manis,indah, dan penuh kasih sayangTuhan adalah serdadu yang tertembakTuhan berjalan di sepanjang jalan beceksebagai orang miskin yang tua dan bijaksanadengan baju compang-campingmembelai kepala kanak-kanak yang lapar.Tuhan adalah Bapa yang sakit batukDengan pandangan arif dan bijakmembelai kepala para pelacurTuhan berada di gang-gang gelapBersama para pencuri, para perampokdan para pembunuhTuhan adalah teman sekamar para penjinahRaja dari segala rajaadalah cacing bagi bebek dan babiWajah Tuhan yang manis adalah meja pejudianyang berdebu dan dibantingi kartu-kartu
Dan sekarang saya lihatTuhan sebagai orang tua rentatidur melengkung di trotoarbatuk-batuk karena malam yang dingindan tangannya menekan perutnya yang laparTuhan telah terserang lapar, batuk, dan selesma,menangis di tepi jalan.Wahai, ia adalah teman kita yang akrab!Ia adalah teman kita semua: para musuh polisi,Para perampok, pembunuh, penjudi,pelacur, penganggur, dan peminta-mintaMarilah kita datang kepada-Nyakita tolong teman kita yang tua dan baik hati.
Dikutip dari:Sajak-sajak Sepatu TuaRendraPustaka JayaDirgahayu6 – Karya Wiyata 83 Tahun XX Juli-Agustus 1997
===========================================================
Sajak Sebatang Lisong
menghisap sebatang lisongmelihat Indonesia Rayamendengar 130 juta rakyatdan di langitdua tiga cukung mengangkangberak di atas kepala mereka
matahari terbitfajar tibadan aku melihat delapan juta kanak - kanaktanpa pendidikan
aku bertanyatetapi pertanyaan - pertanyaankumembentur meja kekuasaan yang macetdan papantulis - papantulis para pendidikyang terlepas dari persoalan kehidupan
delapan juta kanak - kanakmenghadapi satu jalan panjangtanpa pilihantanpa pepohonantanpa dangau persinggahantanpa ada bayangan ujungnya..........................
menghisap udarayang disemprot deodorantaku melihat sarjana - sarjana menganggurberpeluh di jalan rayaaku melihat wanita buntingantri uang pensiunan
dan di langitpara teknokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malasbahwa bangsa mesti dibangunmesti di up-gradedisesuaikan dengan teknologi yang diimpor
gunung - gunung menjulanglangit pesta warna di dalam senjakaladan aku melihatprotes - protes yang terpendamterhimpit di bawah tilam
aku bertanyatetapi pertanyaankumembentur jidat penyair - penyair salonyang bersajak tentang anggur dan rembulansementara ketidak adilan terjadi disampingnyadan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikantermangu - mangu di kaki dewi kesenian
bunga - bunga bangsa tahun depanberkunang - kunang pandang matanyadi bawah iklan berlampu neonberjuta - juta harapan ibu dan bapakmenjadi gemalau suara yang kacaumenjadi karang di bawah muka samodra.................................
kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asingdiktat - diktat hanya boleh memberi metodetetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaankita mesti keluar ke jalan rayakeluar ke desa - desamencatat sendiri semua gejaladan menghayati persoalan yang nyata
inilah sajakkupamplet masa daruratapakah artinya kesenianbila terpisah dari derita lingkunganapakah artinya berpikirbila terpisah dari masalah kehidupan
RENDRA( itb bandung - 19 agustus 1978 )
===========================================================
Sajak Orang Lapar
kelaparan adalah burung gagakyang licik dan hitamjutaan burung-burung gagakbagai awan yang hitam
o Allah !burung gagak menakutkandan kelaparan adalah burung gagakselalu menakutkankelaparan adalah pemberontakanadalah penggerak gaibdari pisau-pisau pembunuhanyang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
kelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tiduradalah mata air penipuanadalah pengkhianatan kehormatan
seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedumelihat bagaimana tangannya sendirimeletakkan kehormatannya di tanahkarena kelaparankelaparan adalah ibliskelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
o Allah !kelaparan adalah tangan-tangan hitamyang memasukkan segenggam tawaske dalam perut para miskin
o Allah !kami berlututmata kami adalah mata Muini juga mulut Muini juga hati Mudan ini juga perut Muperut Mu lapar, ya Allahperut Mu menggenggam tawasdan pecahan-pecahan gelas kaca
o Allah !betapa indahnya sepiring nasi panassemangkuk sop dan segelas kopi hitam
o Allah !kelaparan adalah burung gagakjutaan burung gagakbagai awan yang hitammenghalang pandangkuke sorga Mu
===========================================================
Sajak Rajawali
sebuah sangkar besitidak bisa mengubah rajawalimenjadi seekor burung nuri
rajawali adalah pacar langitdan di dalam sangkar besirajawali merasa pastibahwa langit akan selalu menanti
langit tanpa rajawaliadalah keluasan dan kebebasan tanpa sukmatujuh langit, tujuh rajawalitujuh cakrawala, tujuh pengembara
rajawali terbang tinggi memasuki sepimemandang duniarajawali di sangkar besiduduk bertapamengolah hidupnya
hidup adalah merjan-merjan kemungkinanyang terjadi dari keringat mataharitanpa kemantapan hati rajawalimata kita hanya melihat matamorgana
rajawali terbang tinggimembela langit dengan setiadan ia akan mematuk kedua matamuwahai, kamu, pencemar langit yang durhaka
===========================================================
Sajak Pertemuan Mahasiswa
matahari terbit pagi inimencium bau kencing orok di kaki langitmelihat kali coklat menjalar ke lautandan mendengar dengung di dalam hutan
lalu kini ia dua penggalah tingginyadan ia menjadi saksi kita berkumpul disinimemeriksa keadaan
kita bertanya :kenapa maksud baik tidak selalu bergunakenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlagaorang berkata : "kami ada maksud baik"dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa ?"
ya !ada yang jaya, ada yang terhinaada yang bersenjata, ada yang terlukaada yang duduk, ada yang didudukiada yang berlimpah, ada yang terkurasdan kita disini bertanya :"maksud baik saudara untuk siapa ?saudara berdiri di pihak yang mana ?"
kenapa maksud baik dilakukantetapi makin banyak petani kehilangan tanahnyatanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang kotaperkebunan yang luashanya menguntungkan segolongan kecil sajaalat - alat kemajuan yang diimportidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya
tentu, kita bertanya :"lantas maksud baik saudara untuk siapa ?"sekarang matahari semakin tinggilalu akan bertahta juga di atas puncak kepaladan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :kita ini dididik untuk memihak yang mana ?ilmu - ilmu diajarkan disiniakan menjadi alat pembebasanataukah alat penindasan ?
sebentar lagi matahari akan tenggelammalam akan tibacicak - cicak berbunyi di tembokdan rembulan berlayartetapi pertanyaan kita tidak akan meredaakan hidup di dalam mimpiakan tumbuh di kebon belakang
dan esok harimatahari akan terbit kembalisementara hari baru menjelmapertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutanatau masuk ke sungaimenjadi ombak di samodra
di bawah matahari ini kita bertanya :ada yang menangis, ada yang menderaada yang habis, ada yang mengikisdan maksud baik kitaberdiri di pihak yang mana !
RENDRA( jakarta, 1 desember 1977 )
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"
(WS Rendra).
===========================================================
Aku Tulis Pamplet Ini
AKU TULIS PAMPLET INIKARENA LEMBAGA PENDAPAT UMUMDITUTUPI JARING LABAH-LABAHORANG-ORANG BICARA DALAM KASAK-KUSUK,DAN UNGKAPAN DIRI DITEKANMENJADI PENG-IYA-AN
APA YANG TERPEGANG HARI INIBISA LUPUT BESOK PAGIKETIDAK PASTIAN MERAJALELADI LUAR KEKUASAAN KEHIDUPAN MENJADI TEKA-TEKI,MENJADI MARABAHAYA,MENJADI ISI KEBON BINATANG
APABILA KRITIK HANYA BOLEH LEWAT SALURAN RESMIMAKA HIDUP AKAN MENJADI SAYUR TANPA GARAMLEMBAGA PENDAPAT UMUM TIDAK MENGANDUNG PERTANYAANTIDAK MENGANDUNG PERDEBATANDAN AKHIRNYA MENJADI MONOPOLI KEKUASAAN
AKU TULIS PAMPLET INIKARENA PAMPLET BUKAN TABU BAGI PENYAIRAKU INGINKAN MERPATI POSAKU INGIN MEMAINKAN BENDERA-BENDERA SEMAPHORE DI TANGANKUAKU INGIN MEMBUAT ISYARAT ASAP KAUM INDIANAKU TIDAK MELIHAT ALASAN
KENAPA HARUS DIAM TERTEKAN DAN TERMANGUAKU INGIN SECARA WAJAR KITA BERTUKAR KABARDUDUK BERDEBAT MENYATAKAN SETUJU ATAU TIDAK SETUJU
KENAPA KETAKUTAN MENJADI TABIR PIKIRAN ?KEKHAWATIRAN TELAH MENCEMARKAN KEHIDUPANKETEGANGAN TELAH MENGGANTI PERGAULAN PIKIRAN YANG MERDEKA
MATAHARI MENYINARI AIRMATA YANG BERDERAI MENJADI APIREMBULAN MEMBERI MIMPI PADA DENDAMGELOMBANG ANGIN MENYINGKAPKAN KELUH KESAHYANG TERONGGOK BAGAI SAMPAHKEGAMANGANKECURIGAANKETAKUTANKELESUAN
AKU TULIS PAMPLET INIKARENA KAWAN DAN LAWAN ADALAH SAUDARADI DALAM ALAM MASIH ADA CAHAYAMATAHARI YANG TENGGELAM DIGANTI REMBULANLALU BESOK PAGI PASTI TERBIT KEMBALIDAN DI DALAM AIR LUMPUR KEHIDUPANAKU MELIHAT BAGAI TERKACA :TERNYATA KITA, TOH, MANUSIA !
===========================================================
Kangen
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepiankumenghadapi kemerdekaan tanpa cintakau tak akan mengerti segala lukakukerna luka telah sembunyikan pisaunya.Membayangkan wajahmu adalah siksa.Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.Engkau telah menjadi racun bagi darahku.Apabila aku dalam kangen dan sepiitulah berartiaku tungku tanpa api.
===========================================================
Kenangan Dan Kesepian
Rumah tuadan pagar batu.Langit di desasawah dan bambu.
Berkenalan dengan sepipada kejemuan disandarkan dirinya.Jalanan berdebu tak berhatilewat nasib menatapnya.
Cinta yang datangburung tak tergenggam.Batang baja waktu lengangdari belakang menikam.
Rumah tuadan pagar batu.Kenangan lamadan sepi yang syahdu
Terima kasih telah membaca artikel: » Kumpulan Sajak WS Rendra | Sajak dan Puisi Cinta
Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan.Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku.Aku merindukan wajahmu,dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa.Kampus telah diserbu mobil berlapis baja.Kata-kata telah dilawan dengan senjata.Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini.Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan keteganganSumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat.Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan
Suatu malam aku mandi di lautan.Sepi menjdai kaca.Bunga-bunga yang ajaib bermekaran di langit.Aku inginkan kamu, tapi kamu tidak ada.Sepi menjadi kaca. http://lubang-kecil.blogspot.com/
Apa yang bisa dilakukan oleh penyairbila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ?Udara penuh rasa curiga.Tegur sapa tanpa jaminan.
Air lautan berkilat-kilat.Suara lautan adalah suara kesepian.Dan lalu muncul wajahmu.
Kamu menjadi maknaMakna menjadi harapan.Sebenarnya apakah harapan ?Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu.Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak.Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu.Aku tertawa, Ma !
Angin menyapu rambutku.Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi.
Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur.Pantatku karatan aku seret dari warung ke warung.Perutku sobek di jalan raya yang lengang…….Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian.Aku menulis sajak di bordes kereta api.Aku bertualang di dalam udara yang berdebu.
Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing liar,aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu.Lalu muncullah kamu,nongol dari perut matahari bunting,jam duabelas seperempat siang.Aku terkesima.Aku disergap kejadian tak terduga.Rahmat turun bagai hujanmembuatku segar,tapi juga menggigil bertanya-tanya.Aku jadi bego, Ma !
Yaaah , Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih.Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku,dan sedih karena kita sering berpisah.Ketegangan menjadi pupuk cinta kita.Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih ?Bahagia karena napas mengalir dan jantung berdetak.Sedih karena pikiran diliputi bayang-bayang.Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan.
Ma, nyamperin matahari dari satu sisi,memandang wajahmu dari segenap jurusan.
Pejambon, Jakarta, 28 April 1978Potret Pembangunan dalam Puisi
===========================================================
Sajak Seorang Tua Untuk IsterinyaOleh : W.S. Rendra
Aku tulis sajak iniuntuk menghibur hatimuSementara kau kenangkan encokmukenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilangDan juga masa depan kitayang hampir rampungdan dengan lega akan kita lunaskan.
Kita tidaklah sendiridan terasing dengan nasib kitaKerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.Suka duka kita bukanlah istimewakerna setiap orang mengalaminya.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduhHidup adalah untuk mengolah hidupbekerja membalik tanahmemasuki rahasia langit dan samodra,serta mencipta dan mengukir dunia.Kita menyandang tugas,kerna tugas adalah tugas.Bukannya demi sorga atau neraka.Tetapi demi kehormatan seorang manusia.
Kerna sesungguhnyalah kita bukan debumeski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.Kita adalah kepribadiandan harga kita adalah kehormatan kita.Tolehlah lagi ke belakangke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.
Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.Sembilan puluh tahun yang selalu bangkitmelewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.Dan kenangkanlah pulabagaimana kita dahulu tersenyum senantiasamenghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.
Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,nasib, dan kehidupan.
Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warnaKenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.Kita menjadi goyah dan bongkokkerna usia nampaknya lebih kuat dari kitatetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak iniuntuk menghibur hatimuSementara kaukenangkan encokmukenangkanlah pulabahwa kita ditantang seratus dewa.
===========================================================
Orang-Orang MiskinOleh : W.S. Rendra
Orang-orang miskin di jalan,yang tinggal di dalam selokan,yang kalah di dalam pergulatan,yang diledek oleh impian,janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.Rambut mereka melekat di bulan purnama.Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,di jalan kamu akan diburu bayangan.Tidurmu akan penuh igauan,dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kayakarena orang-orang berkembang di kota dan di desa.Jangan kamu bilang dirimu kayabila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.Dan perlu diusulkanagar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalanmasuk ke dalam tidur malammu.Perempuan-perempuan bunga rayamenyuapi putra-putramu.Tangan-tangan kotor dari jalananmeraba-raba kaca jendelamu.Mereka tak bisa kamu biarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.Mereka akan menjadi pertanyaanyang mencegat ideologimu.Gigi mereka yang kuningakan meringis di muka agamamu.Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelapakan hinggap di gorden presidenandan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,bagai udara panas yang selalu ada,bagai gerimis yang selalu membayang.Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisautertuju ke dada kita,atau ke dada mereka sendiri.O, kenangkanlah :orang-orang miskinjuga berasal dari kemah Ibrahim
Yogya, 4 Pebruari 1978Potret Pembangunan dalam Puis
===========================================================
Aku Tulis Pamplet IniOleh : W.S. Rendra
Aku tulis pamplet inikarena lembaga pendapat umumditutupi jaring labah-labahOrang-orang bicara dalam kasak-kusuk,dan ungkapan diri ditekanmenjadi peng – iya – an
Apa yang terpegang hari inibisa luput besok pagiKetidakpastian merajalela.Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-tekimenjadi marabahayamenjadi isi kebon binatang
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,maka hidup akan menjadi sayur tanpa garamLembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.Tidak mengandung perdebatanDan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis pamplet inikarena pamplet bukan tabu bagi penyairAku inginkan merpati pos.Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tangankuAku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.
Aku tidak melihat alasankenapa harus diam tertekan dan termangu.Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.
Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.Rembulan memberi mimpi pada dendam.Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai sampahKegamangan. Kecurigaan.Ketakutan.Kelesuan.Aku tulis pamplet inikarena kawan dan lawan adalah saudaraDi dalam alam masih ada cahaya.Matahari yang tenggelam diganti rembulan.Lalu besok pagi pasti terbit kembali.Dan di dalam air lumpur kehidupan,aku melihat bagai terkaca :ternyata kita, toh, manusia !
Pejambon Jakarta 27 April 1978Potret Pembangunan dalam Puisi
===========================================================
Doa Seorang Serdadu Sebelum PerangOleh : W.S. Rendra
Tuhanku,WajahMu membayang di kota terbakardan firmanMu terguris di atas ribuankuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapaTanah sepi kehilangan lelakinyaBukannya benih yang disebar di bumi subur initapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nantisempurnalah sudah warna dosadan mesiu kembali lagi bicaraWaktu itu, Tuhanku,perkenankan aku membunuhperkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahkuadalah satu warnaDosa dan nafaskuadalah satu udara.Tak ada lagi pilihankecuali menyadari-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkanoleh bibirku yang terjajah ?Sementara kulihat kedua lengaMu yang capaimendekap bumi yang mengkhianatiMuTuhankuErat-erat kugenggam senapankuPerkenankan aku membunuhPerkenankan aku menusukkan sangkurku
Mimbar IndonesiaTh. XIV, No. 2518 Juni 1960
===========================================================
GerilyaOleh : W.S. Rendra
Tubuh birutatapan mata birulelaki berguling di jalan
Angin tergantungterkecap pahitnya tembakaubendungan keluh dan bencana
Tubuh birutatapan mata birulelaki berguling dijalan
Dengan tujuh lubang pelordiketuk gerbang langitdan menyala mentari mudamelepas kesumatnya
Gadis berjalan di subuh merahdengan sayur-mayur di punggungmelihatnya pertama
Ia beri jeritan manisdan duka daun wortel
Tubuh birutatapan mata birulelaki berguling dijalan
Orang-orang kampung mengenalnyaanak janda berambut ombakditimba air bergantang-gantangdisiram atas tubuhnya
Tubuh birutatapan mata birulelaki berguling dijalan
Lewat gardu Belanda dengan beraniberlindung warna malamsendiri masuk kotaingin ikut ngubur ibunya
SiasatTh IX, No. 421955
===========================================================
GugurOleh : W.S. Rendra
Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainyaTiada kuasa lagi menegakTelah ia lepaskan dengan gemilangpelor terakhir dari bedilnyaKe dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainyaIa sudah tualuka-luka di badannya
Bagai harimau tuasusah payah maut menjeratnyaMatanya bagai sagamenatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itulima pemuda mengangkatnyadi antaranya anaknyaIa menolakdan tetap merangkakmenuju kota kesayangannya
Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainyaBelumlagi selusin tindakmautpun menghadangnya.Ketika anaknya memegang tangannyaia berkata :” Yang berasal dari tanahkembali rebah pada tanah.Dan aku pun berasal dari tanahtanah Ambarawa yang kucintaKita bukanlah anak jadahKerna kita punya bumi kecintaan.Bumi yang menyusui kitadengan mata airnya.Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.Bumi kita adalah kehormatan.Bumi kita adalah juwa dari jiwa.Ia adalah bumi nenek moyang.Ia adalah bumi waris yang sekarang.Ia adalah bumi waris yang akan datang.”Hari pun berangkat malamBumi berpeluh dan terbakarKerna api menyala di kota Ambarawa
Orang tua itu kembali berkata :“Lihatlah, hari telah fajar !Wahai bumi yang indah,kita akan berpelukan buat selama-lamanya !Nanti sekali waktuseorang cucukuakan menacapkan bajakdi bumi tempatku berkuburkemudian akan ditanamnya benihdan tumbuh dengan suburMaka ia pun berkata :-Alangkah gemburnya tanah di sini!”
Hari pun lengkap malamketika menutup matanya
===========================================================
Hai, Kamu !Oleh : W.S. Rendra
Luka-luka di dalam lembaga,intaian keangkuhan kekerdilan jiwa,noda di dalam pergaulan antar manusia,duduk di dalam kemacetan angan-angan.Aku berontak dengan memandang cakrawala.
Jari-jari waktu menggamitku.Aku menyimak kepada arus kali.Lagu margasatwa agak mereda.Indahnya ketenangan turun ke hatiku.Lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku.
Jakarta, 29 Pebruari 1978Potret Pembangunan dalam Puisi
===========================================================
Lagu Seorang Gerilya(Untuk puteraku Isaias Sadewa)Oleh : W.S. Rendra
Engkau melayang jauh, kekasihku.Engkau mandi cahaya matahari.Aku di sini memandangmu,menyandang senapan, berbendera pusaka.
Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,engkau berkudung selendang katun di kepalamu.Engkau menjadi suatu keindahan,sementara dari jauhresimen tank penindas terdengar menderu.
Malam bermandi cahaya matahari,kehijauan menyelimuti medan perang yang membara.Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku,engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu
Peluruku habisdan darah muncrat dari dadaku.Maka di saat seperti itukamu menyanyikan lagu-lagu perjuanganbersama kakek-kakekku yang telah gugurdi dalam berjuang membela rakyat jelata
Jakarta, 2 september 1977Potret Pembangunan dalam Puisi
===========================================================
Lagu SerdaduOleh : W.S. Rendra
Kami masuk serdadu dan dapat senapangibu kami nangis tapi elang toh harus terbangYoho, darah kami campur arak!Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak
Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekaliWahai, tanah yang baik untuk matiDan kalau ku telentang dengan pelor timahcukilah ia bagi puteraku di rumah
SiasatNo. 630, th. 13Nopember 1959
===========================================================
Mazmur MawarOleh : W.S. Rendra
Kita muliakan Nama TuhanKita muliakan dengan segenap mawarKita muliakan Tuhan yang manis,indah, dan penuh kasih sayangTuhan adalah serdadu yang tertembakTuhan berjalan di sepanjang jalan beceksebagai orang miskin yang tua dan bijaksanadengan baju compang-campingmembelai kepala kanak-kanak yang lapar.Tuhan adalah Bapa yang sakit batukDengan pandangan arif dan bijakmembelai kepala para pelacurTuhan berada di gang-gang gelapBersama para pencuri, para perampokdan para pembunuhTuhan adalah teman sekamar para penjinahRaja dari segala rajaadalah cacing bagi bebek dan babiWajah Tuhan yang manis adalah meja pejudianyang berdebu dan dibantingi kartu-kartu
Dan sekarang saya lihatTuhan sebagai orang tua rentatidur melengkung di trotoarbatuk-batuk karena malam yang dingindan tangannya menekan perutnya yang laparTuhan telah terserang lapar, batuk, dan selesma,menangis di tepi jalan.Wahai, ia adalah teman kita yang akrab!Ia adalah teman kita semua: para musuh polisi,Para perampok, pembunuh, penjudi,pelacur, penganggur, dan peminta-mintaMarilah kita datang kepada-Nyakita tolong teman kita yang tua dan baik hati.
Dikutip dari:Sajak-sajak Sepatu TuaRendraPustaka JayaDirgahayu6 – Karya Wiyata 83 Tahun XX Juli-Agustus 1997
===========================================================
Sajak Sebatang Lisong
menghisap sebatang lisongmelihat Indonesia Rayamendengar 130 juta rakyatdan di langitdua tiga cukung mengangkangberak di atas kepala mereka
matahari terbitfajar tibadan aku melihat delapan juta kanak - kanaktanpa pendidikan
aku bertanyatetapi pertanyaan - pertanyaankumembentur meja kekuasaan yang macetdan papantulis - papantulis para pendidikyang terlepas dari persoalan kehidupan
delapan juta kanak - kanakmenghadapi satu jalan panjangtanpa pilihantanpa pepohonantanpa dangau persinggahantanpa ada bayangan ujungnya..........................
menghisap udarayang disemprot deodorantaku melihat sarjana - sarjana menganggurberpeluh di jalan rayaaku melihat wanita buntingantri uang pensiunan
dan di langitpara teknokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malasbahwa bangsa mesti dibangunmesti di up-gradedisesuaikan dengan teknologi yang diimpor
gunung - gunung menjulanglangit pesta warna di dalam senjakaladan aku melihatprotes - protes yang terpendamterhimpit di bawah tilam
aku bertanyatetapi pertanyaankumembentur jidat penyair - penyair salonyang bersajak tentang anggur dan rembulansementara ketidak adilan terjadi disampingnyadan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikantermangu - mangu di kaki dewi kesenian
bunga - bunga bangsa tahun depanberkunang - kunang pandang matanyadi bawah iklan berlampu neonberjuta - juta harapan ibu dan bapakmenjadi gemalau suara yang kacaumenjadi karang di bawah muka samodra.................................
kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asingdiktat - diktat hanya boleh memberi metodetetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaankita mesti keluar ke jalan rayakeluar ke desa - desamencatat sendiri semua gejaladan menghayati persoalan yang nyata
inilah sajakkupamplet masa daruratapakah artinya kesenianbila terpisah dari derita lingkunganapakah artinya berpikirbila terpisah dari masalah kehidupan
RENDRA( itb bandung - 19 agustus 1978 )
===========================================================
Sajak Orang Lapar
kelaparan adalah burung gagakyang licik dan hitamjutaan burung-burung gagakbagai awan yang hitam
o Allah !burung gagak menakutkandan kelaparan adalah burung gagakselalu menakutkankelaparan adalah pemberontakanadalah penggerak gaibdari pisau-pisau pembunuhanyang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
kelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tiduradalah mata air penipuanadalah pengkhianatan kehormatan
seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedumelihat bagaimana tangannya sendirimeletakkan kehormatannya di tanahkarena kelaparankelaparan adalah ibliskelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
o Allah !kelaparan adalah tangan-tangan hitamyang memasukkan segenggam tawaske dalam perut para miskin
o Allah !kami berlututmata kami adalah mata Muini juga mulut Muini juga hati Mudan ini juga perut Muperut Mu lapar, ya Allahperut Mu menggenggam tawasdan pecahan-pecahan gelas kaca
o Allah !betapa indahnya sepiring nasi panassemangkuk sop dan segelas kopi hitam
o Allah !kelaparan adalah burung gagakjutaan burung gagakbagai awan yang hitammenghalang pandangkuke sorga Mu
===========================================================
Sajak Rajawali
sebuah sangkar besitidak bisa mengubah rajawalimenjadi seekor burung nuri
rajawali adalah pacar langitdan di dalam sangkar besirajawali merasa pastibahwa langit akan selalu menanti
langit tanpa rajawaliadalah keluasan dan kebebasan tanpa sukmatujuh langit, tujuh rajawalitujuh cakrawala, tujuh pengembara
rajawali terbang tinggi memasuki sepimemandang duniarajawali di sangkar besiduduk bertapamengolah hidupnya
hidup adalah merjan-merjan kemungkinanyang terjadi dari keringat mataharitanpa kemantapan hati rajawalimata kita hanya melihat matamorgana
rajawali terbang tinggimembela langit dengan setiadan ia akan mematuk kedua matamuwahai, kamu, pencemar langit yang durhaka
===========================================================
Sajak Pertemuan Mahasiswa
matahari terbit pagi inimencium bau kencing orok di kaki langitmelihat kali coklat menjalar ke lautandan mendengar dengung di dalam hutan
lalu kini ia dua penggalah tingginyadan ia menjadi saksi kita berkumpul disinimemeriksa keadaan
kita bertanya :kenapa maksud baik tidak selalu bergunakenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlagaorang berkata : "kami ada maksud baik"dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa ?"
ya !ada yang jaya, ada yang terhinaada yang bersenjata, ada yang terlukaada yang duduk, ada yang didudukiada yang berlimpah, ada yang terkurasdan kita disini bertanya :"maksud baik saudara untuk siapa ?saudara berdiri di pihak yang mana ?"
kenapa maksud baik dilakukantetapi makin banyak petani kehilangan tanahnyatanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang kotaperkebunan yang luashanya menguntungkan segolongan kecil sajaalat - alat kemajuan yang diimportidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya
tentu, kita bertanya :"lantas maksud baik saudara untuk siapa ?"sekarang matahari semakin tinggilalu akan bertahta juga di atas puncak kepaladan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :kita ini dididik untuk memihak yang mana ?ilmu - ilmu diajarkan disiniakan menjadi alat pembebasanataukah alat penindasan ?
sebentar lagi matahari akan tenggelammalam akan tibacicak - cicak berbunyi di tembokdan rembulan berlayartetapi pertanyaan kita tidak akan meredaakan hidup di dalam mimpiakan tumbuh di kebon belakang
dan esok harimatahari akan terbit kembalisementara hari baru menjelmapertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutanatau masuk ke sungaimenjadi ombak di samodra
di bawah matahari ini kita bertanya :ada yang menangis, ada yang menderaada yang habis, ada yang mengikisdan maksud baik kitaberdiri di pihak yang mana !
RENDRA( jakarta, 1 desember 1977 )
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"
(WS Rendra).
===========================================================
Aku Tulis Pamplet Ini
AKU TULIS PAMPLET INIKARENA LEMBAGA PENDAPAT UMUMDITUTUPI JARING LABAH-LABAHORANG-ORANG BICARA DALAM KASAK-KUSUK,DAN UNGKAPAN DIRI DITEKANMENJADI PENG-IYA-AN
APA YANG TERPEGANG HARI INIBISA LUPUT BESOK PAGIKETIDAK PASTIAN MERAJALELADI LUAR KEKUASAAN KEHIDUPAN MENJADI TEKA-TEKI,MENJADI MARABAHAYA,MENJADI ISI KEBON BINATANG
APABILA KRITIK HANYA BOLEH LEWAT SALURAN RESMIMAKA HIDUP AKAN MENJADI SAYUR TANPA GARAMLEMBAGA PENDAPAT UMUM TIDAK MENGANDUNG PERTANYAANTIDAK MENGANDUNG PERDEBATANDAN AKHIRNYA MENJADI MONOPOLI KEKUASAAN
AKU TULIS PAMPLET INIKARENA PAMPLET BUKAN TABU BAGI PENYAIRAKU INGINKAN MERPATI POSAKU INGIN MEMAINKAN BENDERA-BENDERA SEMAPHORE DI TANGANKUAKU INGIN MEMBUAT ISYARAT ASAP KAUM INDIANAKU TIDAK MELIHAT ALASAN
KENAPA HARUS DIAM TERTEKAN DAN TERMANGUAKU INGIN SECARA WAJAR KITA BERTUKAR KABARDUDUK BERDEBAT MENYATAKAN SETUJU ATAU TIDAK SETUJU
KENAPA KETAKUTAN MENJADI TABIR PIKIRAN ?KEKHAWATIRAN TELAH MENCEMARKAN KEHIDUPANKETEGANGAN TELAH MENGGANTI PERGAULAN PIKIRAN YANG MERDEKA
MATAHARI MENYINARI AIRMATA YANG BERDERAI MENJADI APIREMBULAN MEMBERI MIMPI PADA DENDAMGELOMBANG ANGIN MENYINGKAPKAN KELUH KESAHYANG TERONGGOK BAGAI SAMPAHKEGAMANGANKECURIGAANKETAKUTANKELESUAN
AKU TULIS PAMPLET INIKARENA KAWAN DAN LAWAN ADALAH SAUDARADI DALAM ALAM MASIH ADA CAHAYAMATAHARI YANG TENGGELAM DIGANTI REMBULANLALU BESOK PAGI PASTI TERBIT KEMBALIDAN DI DALAM AIR LUMPUR KEHIDUPANAKU MELIHAT BAGAI TERKACA :TERNYATA KITA, TOH, MANUSIA !
===========================================================
Kangen
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepiankumenghadapi kemerdekaan tanpa cintakau tak akan mengerti segala lukakukerna luka telah sembunyikan pisaunya.Membayangkan wajahmu adalah siksa.Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.Engkau telah menjadi racun bagi darahku.Apabila aku dalam kangen dan sepiitulah berartiaku tungku tanpa api.
===========================================================
Kenangan Dan Kesepian
Rumah tuadan pagar batu.Langit di desasawah dan bambu.
Berkenalan dengan sepipada kejemuan disandarkan dirinya.Jalanan berdebu tak berhatilewat nasib menatapnya.
Cinta yang datangburung tak tergenggam.Batang baja waktu lengangdari belakang menikam.
Rumah tuadan pagar batu.Kenangan lamadan sepi yang syahdu
Terima kasih telah membaca artikel: » Kumpulan Sajak WS Rendra | Sajak dan Puisi Cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar